Di tengah dinamika industri kesehatan yang kian kompleks, faktanya pengelolaan risiko bisnis menjadi kunci utama bagi keberlanjutan rumah sakit. Selaras dengan hal tersebut, dalam webinar RSID.ID bertajuk "Pemahaman Manajemen Risiko Bisnis dan Respon yang Efektif bagi Keberlanjutan Rumah Sakit" yang terselenggara pada tanggal 17 Mei 2024 membahas mendalam tentang manajemen risiko bisnis.Webinar yang dihadiri oleh 177 peserta dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, pemerintah, RSUD, dan RSU Swasta, menghadirkan Dr. Rudy Suryanto, S.E.,M.Acc.,Ak.,CA. Wakil Rektor 2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus penggagas RSID.ID, sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, Dr. Rudy menekankan pentingnya penerapan metode Hospital Business Fitness (HBF) sebagai panduan dalam mengelola risiko bisnis di rumah sakit.HBF: Menavigasi Risiko Menuju Ketahanan FinansialHBF, sebuah kerangka kerja komprehensif, terdiri dari 12 dimensi yang mencakup berbagai aspek krusial. Aspek kepemimpinan dan tata kelola, strategi dan perencanaan, manajemen keuangan, manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia, manajemen teknologi informasi, manajemen risiko, manajemen kepatuhan, manajemen kualitas, manajemen pemasaran dan penjualan, manajemen hubungan pelanggan, dan manajemen komunitas.Selanjutnya, melalui implemetasi HBF, rumah sakit mampu mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko bisnis secara efektif. Hal ini, pada gilirannya, berkontribusi pada pencapaian tujuan strategis dan peningkatan ketahanan finansial rumah sakit.RSID.ID: Solusi Terpadu untuk Kemajuan Industri KesehatanWebinar pertama ini juga menjadi wadah bagi RSID.ID untuk memperkenalkan berbagai layanannya. Layanan RSID.ID khusus untuk mendukung dan memberdayakan para pemangku kepentingan di industri kesehatan. Lebih lanjut, Khatami Angga Kusumah, selaku Manager Syncore Consulting, memaparkan beberapa layanan unggulan RSID.ID, termasuk: Pelatihan untuk jajaran direksi (executive training)Pendampingan keuangan menggunakan sistem akuntansi dan analisis bisnis (SAAB) yang dikembangkan oleh Syncore ConsultingPendampingan penyusunan dokumen seperti feasibility study, rencana strategi, dan master plan rumah sakitMenjembatani Kebutuhan Industri dengan Solusi TepatRSID.ID hadir sebagai solusi terpadu yang membantu rumah sakit dalam meningkatkan kualitas layanan, efisiensi operasional, dan ketahanan finansial. Selain dengan memadukan keahlian dan pengalamannya, RSID.ID berkomitmen untuk mendukung kemajuan industri kesehatan di Indonesia.Webinar "Pemahaman Manajemen Risiko Bisnis dan Respon yang Efektif bagi Keberlanjutan Rumah Sakit" oleh RSID.ID memberikan wawasan berharga tentang pentingnya pengelolaan risiko bisnis bagi kelangsungan hidup rumah sakit. Metode HBF menjadi alat bantu yang efektif dalam mengelola risiko dan mencapai tujuan strategis. RSID.ID, dengan berbagai layanannya, siap membantu rumah sakit dalam mencapai keunggulan dan berkontribusi pada kemajuan industri kesehatan di Indonesia.
Satuan Pengendali Internal (SPI) merupakan sebuah unit dalam sebuah organisasi yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua proses dan kegiatan di dalam organisasi tersebut berjalan sesuai dengan peraturan, kebijakan, dan standar yang telah ditetapkan. Membangun SPI yang efektif sangat penting bagi organisasi untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan perusahaan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk membangun sebuah SPI menjadi lebih efektif: Menetapkan tujuan dan strategi SPI. SPI harus memiliki tujuan dan strategi yang jelas agar dapat mengarahkan tindakan mereka ke arah yang tepat. Hal ini juga dapat membantu memastikan bahwa SPI mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan.Menetapkan struktur organisasi yang jelas dan memadai. Struktur organisasi yang jelas dan memadai harus dibuat terlebih dahulu sebelum membangun sebuah SPI yang efektif. Hal ini penting agar SPI memiliki kerangka kerja dan tanggung jawab yang jelas dalam organisasi. Setiap anggota SPI harus memiliki peran dan tanggung jawab yang jelas dalam mengawasi dan mengevaluasi aktivitas organisasi.Merekrut staf yang kompeten. Rekrutmen staf yang kompeten adalah faktor kunci dalam membangun sebuah SPI yang efektif. Staf SPI harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang pengendalian internal. Selain itu, mereka harus dapat bekerja sama dengan departemen lain di dalam organisasi.Membuat rencana audit dan evaluasi. SPI harus membuat rencana audit dan evaluasi yang terstruktur untuk memastikan bahwa pengendalian internal organisasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebijakan dan standar yang telah ditetapkan organisasi. Rencana ini harus mencakup metode audit, jadwal audit, dan area fokus.Menetapkan kebijakan dan prosedur yang jelas. Kebijakan dan prosedur yang jelas harus ditetapkan untuk memastikan bahwa semua anggota organisasi memahami aturan yang berlaku. Hal ini juga memudahkan anggota SPI dalam melakukan audit dan pengecekan terhadap proses dan aktivitas organisasi. Hal ini meliputi kebijakan pengendalian akses, kebijakan penggunaan teknologi informasi, dan prosedur pengelolaan dokumen.Membangun kemitraan dengan unit lain dalam organisasi. SPI harus membangun kemitraan yang kuat dengan unit lain dalam organisasi agar dapat memperkuat pengendalian internal. Hal ini meliputi kemitraan dengan unit kepatuhan, unit keamanan informasi, dan unit risiko.Mengadopsi teknologi pengendalian internal. SPI harus mengadopsi teknologi pengendalian internal untuk memudahkan pelaporan, mengumpulkan data, dan memantau pengendalian internal. Hal ini dapat membantu SPI dalam mengidentifikasi kelemahan dan memberikan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.Memberikan pelatihan dan pengembangan yang kontinu. Pelatihan dan pengembangan yang kontinu harus diberikan kepada staf SPI agar mereka selalu memiliki pengetahuan dan keterampilan terbaru dalam bidang pengendalian internal. Pelatihan ini juga memungkinkan staf SPI untuk memahami dan mengikuti tren terbaru dalam bidang pengendalian internal.Melakukan evaluasi secara berkala. SPI harus melakukan evaluasi secara berkala terhadap kinerja mereka dan proses pengendalian internal organisasi. Evaluasi ini dapat membantu mengidentifikasi kelemahan dan area yang memerlukan perbaikan, sehingga SPI dapat melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian internal.Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, organisasi dapat membangun sebuah SPI yang efektif. SPI yang efektif dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan mereka dan meminimalkan risiko keuangan, operasional, dan reputasi. Selain itu, SPI yang efektif dapat memberikan kepercayaan kepada pemangku kepentingan, seperti investor dan pelanggan, bahwa organisasi memiliki pengendalian internal yang kuat dan efektif.
Tanggal 8 Agustus 2023 Dinas Koperasi dan UMKM (Dinkop) Bantul, bekerja sama dengan Syncore Consulting dan Kejar UMKM (Kelompok Belajar UMKM) sebagai narasumber pelatihan manajemen keuangan bagi 18 pelaku UMKM di Bantul. Adelia Sulistyani selaku konsultan keuangan dari syncore consulting ditugaskan menjadi narasumber pada pelatihan di sesi ini. Pelatihan berlangsung dengan lancar dan telah memberikan manfaat langsung yang dirasakan oleh para peserta.Peserta pelatihan menunjukkan antusiasme yang tinggi dan sangat kooperatif selama pelatihan berlangsung. Mereka aktif berpartisipasi dalam setiap sesi dan berbagi pengalaman serta tantangan mereka dalam mengelola keuangan usaha mereka. Ini membantu menciptakan suasana belajar yang interaktif dan kolaboratif, yang penting dalam proses belajar mengajar.Narasumber yang terlibat dalam pelatihan ini berasal dari Syncore Consulting. Mereka memainkan peran penting dalam pelatihan ini dengan menyampaikan materi secara interaktif dan menarik perhatian peserta. Dengan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami, mereka berhasil mengkomunikasikan konsep-konsep manajemen keuangan yang sederhana kepada peserta.Topik yang dibahas dalam pelatihan ini mencakup berbagai aspek manajemen keuangan yang penting bagi UMKM, seperti pengelolaan arus kas, penentuan harga jual, analisis biaya dan pendapatan, dan perencanaan keuangan. Tujuannya adalah untuk membekali UMKM di Bantul dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengelola keuangan mereka dengan efisien dan efektif.Kolaborasi antara Dinkop Bantul, Syncore Consulting, dan Kejar UMKM (Meravi.id) dalam pelatihan ini adalah contoh tentang bagaimana kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas dapat menghasilkan dampak positif bagi pengembangan UMKM. Melalui kerjasama seperti ini, UMKM di Bantul dapat mendapatkan akses ke pengetahuan dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang.Pelatihan ini adalah langkah penting dalam meningkatkan literasi keuangan di kalangan UMKM di Bantul. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manajemen keuangan, UMKM dapat membuat keputusan yang lebih baik, mengelola risiko dengan lebih baik, dan akhirnya mencapai pertumbuhan dan keberlanjutan yang lebih baik. Pelatihan seperti ini harus terus dilakukan dan ditingkatkan untuk memastikan bahwa UMKM di Bantul dapat menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri.Sesi kedua dalam pelatihan ini yaitu praktik langsung menggunakan platform SAAB, sebuah alat manajemen keuangan berbasis digital yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan UMKM.Setiap peserta diberikan akun SAAB untuk digunakan selama pelatihan. Melalui platform ini, mereka dapat menerapkan pengetahuan manajemen keuangan dalam setting praktis. Fitur-fitur yang tersedia dalam SAAB, seperti pelacakan pendapatan dan pengeluaran, analisis biaya, dan perencanaan keuangan, memberi peserta kesempatan untuk memahami lebih dalam konsep-konsep manajemen keuangan.Untuk memfasilitasi proses belajar dan memastikan bahwa peserta dapat menerapkan pengetahuan mereka dengan efektif, Dinkop Bantul dan Syncore Consulting juga membentuk grup WhatsApp untuk monitoring. Grup ini memberikan forum bagi peserta untuk berdiskusi, bertanya, dan berbagi pengalaman mereka dalam menggunakan SAAB.Peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti pelatihan ini. Mereka aktif dalam berpartisipasi dalam diskusi, memanfaatkan fitur SAAB, dan berbagi hasil kerja mereka. Antusiasme ini menunjukkan bahwa mereka melihat nilai dalam pelatihan ini dan berkomitmen untuk memperbaiki kemampuan manajemen keuangan mereka.Selain itu, tim Syncore Consulting juga berdiskusi dengan peserta untuk memahami tantangan dan hambatan yang mereka hadapi dalam menggunakan SAAB dan dalam manajemen keuangan umumnya. Feedback dari peserta ini sangat berharga dan akan digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pelatihan di masa mendatang.Kolaborasi antara Dinkop Bantul dan Syncore Consulting ini menunjukkan komitmen kedua pihak untuk memajukan UMKM di Bantul. Dengan memanfaatkan teknologi dan metodologi pelatihan yang inovatif, mereka mampu memberikan pelatihan yang praktis dan relevan untuk kebutuhan UMKM. Ini adalah langkah penting dalam mempersiapkan UMKM di Bantul untuk masa depan yang lebih sukses dan berkelanjutan.
Satuan Pengendali Internal (SPI) adalah departemen yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari operasi internal suatu organisasi. SPI bertugas memastikan bahwa tujuan dan sasaran organisasi tercapai, risiko yang dihadapi organisasi dikurangi, serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan dijalankan dengan baik. Peran SPI sangat penting bagi organisasi karena membantu mengidentifikasi kelemahan dan masalah yang mungkin terjadi di dalam organisasi. SPI juga dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja organisasi dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.Tanggung jawab utama SPI adalah memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh manajemen diikuti dengan baik. SPI juga bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan mengevaluasi risiko yang dihadapi organisasi. Audit internal bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari sistem kontrol internal yang telah ditetapkan oleh manajemen. Sementara itu, evaluasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko yang dihadapi organisasi.SPI juga bertanggung jawab untuk memberikan rekomendasi dalam perbaikan dan pengembangan sistem kontrol internal organisasi. Rekomendasi yang diberikan harus mempertimbangkan prinsip-prinsip etika, integritas, dan transparansi yang harus dipegang oleh organisasi. Selain itu, SPI harus dapat membangun hubungan yang baik dengan semua pihak di dalam organisasi. SPI harus mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi secara terbuka dan jujur, dan menghindari konflik dengan pihak lain di dalam organisasi.Secara keseluruhan, peran dan tanggung jawab SPI sangat penting untuk memastikan bahwa organisasi berjalan dengan efektif dan efisien. SPI membantu organisasi mengidentifikasi masalah, memberikan rekomendasi untuk perbaikan, dan memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Oleh karena itu, organisasi harus memahami pentingnya SPI dan memberikan dukungan yang cukup untuk departemen ini.Sejak tahun 2010, Syncore Indonesia melalui Unit Syncore Consulting telah menerapkan 5 (lima) prinsip pelatihan yaitu Stay Connect, Novelty, Comprehensive, Flow, dan Impactful. Prinsip ini memungkinkan Syncore Consulting untuk melakukan pelatihan yang intensif sehingga Anda akan menguasai kompetensi yang perlu dimiliki instansi dalam menghadapi perubahan. Kompetensi yang diperlukan antara lain kompetensi manajerial, pemecahan masalah, manajemen, dan keterampilan interpersonal.Syncore Consulting merupakan perusahaan konsultan yang memberikan pelatihan sistem pengendalian internal yang berkualitas dengan metode pelatihan yang sudah teruji. Peserta juga akan dibekali materi yang disampaikan dengan mudah sekaligus menerapkan teknik delivery efektif agar mampu memberikan solusi atas permasalahan dan kebutuhan yang Anda hadapi. Kami berkomitmen untuk membantu menumbuhkan, menguatkan, dan mengembangkan tata kelola instansi yang baik di seluruh Indonesia.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam penyusunan laporan keuangan. Salah satunya adalah SAK Entitas Privat (SAK-EP). SAK ini memiliki dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan yang memiliki status entitas privat. SAK EP berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2025, namun penerapan dini diperkenankan. SAK-EP akan menggantikan SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP). Perbedaan dari 2 SAK tersebut antara lain pada jumlah babnya, istilah laporan keuangan yang digunakan, penggunaan nilai wajar untuk properti investasi dan aset biologis, penggunaan konsep penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income), penyederhanaan beberapa prinsip pengakuan dan pengukuran, pengungkapan yang lebih sedikit, dan penggunaan bahasa yang lebih sederhana. Dalam artikel ini, kami akan membahas pengaruh SAK-EP terhadap laporan keuangan.Rivaldi sebagai seorang konsultan keuangan, melihat bahwa penerapan SAK-EP akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi perusahaan dalam menyajikan laporan keuangannya. Hal ini dapat menguntungkan perusahaan dalam berbagai situasi, terutama ketika mereka perlu menarik investor atau memperoleh pinjaman. Dengan mengoptimalkan penyajian laporan keuangan sesuai dengan SAK-EP, perusahaan dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dan mengurangi beban pajak yang harus dibayar.Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan fleksibilitas SAK Entitas Privat harus tetap sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang benar. Laporan keuangan yang disusun seharusnya tetap memadai dan jujur, serta memberikan gambaran yang akurat tentang kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan evaluasi yang cermat dan konsultasi dengan konsultan keuangan yang kompeten untuk memastikan bahwa penerapan SAK-EP dilakukan dengan benar.Dengan demikian, SAK-EP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan di Indonesia. Dengan memahami dan mengoptimalkan penerapan SAK ini, perusahaan dapat mengambil keuntungan dari fleksibilitas yang ditawarkannya untuk meningkatkan presentasi kinerja keuangan mereka. Namun, perlu diperhatikan bahwa keterbukaan dan kejujuran tetap menjadi prinsip utama dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga laporan tersebut tetap memberikan gambaran yang akurat tentang kinerja perusahaan.
Dalam menjalankan bisnis, penyusunan rencana usaha adalah hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa bisnis tersebut berjalan dengan sukses. Namun, untuk dapat menyusun rencana usaha yang baik, perlu memahami kondisi industri dan persaingan yang ada. Kondisi industri dan persaingan akan mempengaruhi strategi yang akan diambil oleh bisnis dalam menghadapi pasar dan pesaing. 1. Kondisi IndustriKondisi industri merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi bisnis secara umum dalam suatu industri tertentu. Faktor-faktor ini meliputi potensi pasar, tren pasar, hambatan masuk, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Mengetahui kondisi industri yang ada akan membantu bisnis dalam memahami pasar yang akan dituju dan memprediksi perkembangan industri di masa depan.Pertama-tama, bisnis harus mempelajari potensi pasar untuk produk atau layanan yang mereka tawarkan. Hal ini meliputi ukuran pasar, segmentasi pasar, dan karakteristik pelanggan. Bisnis juga harus mempelajari tren pasar, seperti perubahan perilaku konsumen, tren teknologi, dan tren sosial, yang dapat mempengaruhi permintaan di pasar.Selain itu, bisnis perlu memperhatikan hambatan masuk yang ada di industri tersebut. Hal ini meliputi masalah regulasi, ketergantungan pada pemasok dan pembeli, biaya masuk, dan lain-lain. Bisnis harus memahami hambatan masuk yang ada untuk dapat mengembangkan strategi yang tepat dalam memasuki pasar.2. PersainganSelain kondisi industri, bisnis juga perlu memahami persaingan yang ada di pasar. Persaingan dapat berdampak pada keberhasilan bisnis, karena persaingan yang ketat dapat membuat bisnis sulit untuk bertahan di pasar. Bisnis harus mempelajari pesaing mereka, seperti produk atau layanan yang mereka tawarkan, harga, kualitas, dan strategi pemasaran.Para pelaku bisnis perlu memperhatikan tren persaingan di pasar. Misalnya, bisnis dapat memperhatikan apakah persaingan semakin ketat atau justru semakin kurang, apakah ada perubahan dalam struktur industri, dan lain-lain. Kekuatan dan kelemahan pesaing sebagai langkah untuk mengembangkan strategi yang tepat dan berkelanjutan dalam menghadapi mereka. Dengan demikian perlu memahami kondisi industri dan persaingan yang ada dalam menyusun rencana usaha. Kondisi industri akan mempengaruhi pasar yang akan dituju oleh bisnis, sedangkan persaingan akan mempengaruhi strategi yang diambil oleh bisnis dalam menghadapi pasar dan pesaing. Bisnis harus mempelajari potensi pasar, tren pasar, hambatan masuk, pesaing, dan tren persaingan untuk dapat mengembangkan strategi yang tepat dan berkelanjutan. Hal ini akan membantu bisnis dalam mempertahankan posisi mereka di pasar dan mencapai kesuksesan dalam menjalankan bisnisnya.
Rumah sakit swasta, sebagai entitas bisnis yang beroperasi di sektor pelayanan kesehatan, memiliki kewajiban untuk mematuhi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia. Dua SAK yang sering menjadi sorotan dalam konteks rumah sakit swasta adalah SAK ETAP dan SAK EP. Artikel ini akan membahas perbedaan antara SAK ETAP dan SAK EP, serta bagaimana rumah sakit swasta dapat membedakannya untuk meningkatkan tata kelola keuangan mereka. Sebelum kita membahas perbedaan antara SAK ETAP dan SAK EP, mari kita pahami keduanya secara singkat. SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)SAK ETAP diterapkan pada entitas yang tidak memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengungkapan publik atas laporan keuangannya. Biasanya, ini mencakup bisnis skala kecil hingga menengah dan sebagian besar rumah sakit swasta. SAK ETAP memberikan kerangka kerja akuntansi yang lebih sederhana. SAK EP (Entitas Privat)Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Privat (SAK Entitas Privat), SAK Entitas Privat ditujukan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik dapat menggunakan SAK Entitas Privat jika otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan SAK Entitas Privat.Salah satu alasan SAK ETAP diganti dengan SAK EP karena SAK ETAP dianggap terlalu sederhana untuk digunakan untuk entitas privat, sedangkan SAK EP disusun lebih komprehensif dari SAK ETAP namun lebih sederhana dari SAK Berbasis IFRS. Dengan demikian SAK EP memiliki perbedaan yang signifikan dengan SAK ETAP. Jumlah BabSAK ETAP terdiri dari 30 bab, sedangkan SAK Entitas Privat terdiri dari 35 bab Istilah Laporan KeuanganSAK ETAP menggunakan istilah neraca dan laporan laba rugi, sedangkan SAK Entitas Privat menggunakan istilah laporan posisi keuangan dan laporan penghasilan komprehensif dan laporan laba rugi Penyusunan Laporan Arus KasDalam SAK ETAP, penyusunan laporan arus kas hanya menggunakan metode tidak langsung, sedangkan dalam SAK Entitas Privat, penyusunan laporan arus kas dapat menggunakan metode langsung atau metode tidak langsung LainnyaSAK ETAP hanya menjelaskan secara ringkas tentang keseimbangan antara biaya dan manfaat, sedangkan dalam SAK Entitas Privat terdapat tambahan penjelasan mengenai konsep biaya atau usaha yang berlebihan (undue cost or effort). SAK ETAP dan SAK Entitas Privat terkait pengaturan dan pengukuran investasi.Hal ini juga seperti yang disampaikan oleh salah satu Senior Consultant Syncore Consulting, Adelia Sulistyani S.Ak. bahwa rumah sakit dalam upaya mereka untuk menyusun laporan keuangan yang akurat, perlu memahami perbedaan antara SAK ETAP dan SAK EP. Rumah sakit perlu menerapkan standar yang terbaru. Oleh karena itu, sangat penting bagi rumah sakit untuk menyesuaikan dengan SAK EP.
Penyusunan rencana usaha adalah salah satu tahap awal dalam memulai bisnis. Dalam menyusun rencana usaha, penting untuk mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan agar dapat memulai dan menjalankan bisnis dengan efektif. Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai sumber daya yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana usaha.1. Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia (SDM) adalah faktor kunci dalam kesuksesan bisnis. Dalam menyusun rencana usaha, perlu mengidentifikasi SDM yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. SDM yang dibutuhkan dapat bervariasi tergantung pada jenis bisnis dan skala bisnis yang dijalankan. Beberapa contoh SDM yang dibutuhkan dalam bisnis, antara lain: Karyawan dan manajemenKonsultan dan ahli dalam bidang tertentuTenaga penjualan dan pemasaranTenaga produksiUntuk mengidentifikasi jumlah SDM yang dibutuhkan, perlu diperhatikan juga faktor-faktor seperti kemampuan, pengalaman, dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk setiap posisi.2. Sumber Daya FinansialSumber daya finansial adalah hal yang sangat penting dalam penyusunan rencana usaha. Tanpa sumber daya finansial yang cukup, bisnis dapat mengalami kesulitan dalam memulai atau menjalankan operasinya. Beberapa contoh sumber daya finansial yang dibutuhkan dalam bisnis, antara lain: Modal awalBiaya operasionalBiaya pemasaran dan promosiBiaya pengembangan produk atau layanan baruBiaya pengembangan infrastruktur dan teknologiPerlu diperhatikan juga besaran modal yang dibutuhkan, sumber pendanaan yang tersedia, dan estimasi pengeluaran bisnis jangka pendek dan panjang dalam mengidentifikasi sumber daya finansial yang dibutuhkan.3. Sumber Daya FisikSumber daya fisik juga merupakan faktor penting dalam penyusunan rencana usaha. Sumber daya fisik meliputi segala hal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis, seperti lokasi, bangunan, peralatan, dan inventaris. Beberapa contoh sumber daya fisik yang dibutuhkan dalam bisnis, antara lain: Tempat usahaPeralatan dan mesinBahan baku dan produk jadiKendaraanSistem komputer dan jaringan internetSelain itu juga perlu diperhatikan faktor-faktor seperti ukuran dan jenis tempat usaha, jenis dan kualitas peralatan yang dibutuhkan, dan jumlah inventaris yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan.
Dalam era perkembangan bisnis yang kompleks, standar akuntansi keuangan terus mengalami perubahan dan penyempurnaan. Kesiapan sumber daya manusia menjadi faktor kritis dalam keberhasilan entitas bisnis dalam mengadopsi standar akuntansi keuangan terbaru, khususnya Standar Akuntansi Keuangan Entitas Privat (SAK EP). Siti Hasna Fathimah selaku Tim Konsultan Syncore Consulting menyampaikan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci penting dalam kesuksesan implementasi standar akuntansi keuangan, Artikel ini akan membahas bagaimana persiapan dan pengembangan sumber daya manusia yang kuat dapat memastikan bahwa entitas bisnis swasta dapat menghadapi perubahan standar dengan sukses.1. Pelatihan dan PendidikanPersiapan sumber daya manusia dimulai dengan pelatihan dan pendidikan yang tepat. Tim keuangan entitas bisnis swasta perlu memahami secara mendalam SAK EP dan perubahan-perubahan yang terkandung di dalamnya. Ini mencakup pemahaman terhadap konsep-konsep baru, persyaratan pelaporan, dan perbedaan signifikan antara SAK EP dengan standar sebelumnya. Para profesional keuangan perlu mengikuti pelatihan reguler dan berpartisipasi dalam program pendidikan yang relevan untuk memahami standar terbaru.2. Penilaian Keterampilan dan KualifikasiEntitas bisnis swasta perlu melakukan penilaian menyeluruh terhadap keterampilan dan kualifikasi tim keuangan mereka. Ini melibatkan penilaian apakah tim tersebut memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan SAK EP. Jika diperlukan, entitas swasta harus mempertimbangkan merekrut profesional keuangan yang memiliki pemahaman mendalam tentang standar terbaru. Selain itu, memastikan bahwa tim memiliki kualifikasi yang diperlukan adalah langkah penting dalam menghadapi perubahan standar.3. Pemahaman Peran dan Tanggung JawabSetiap anggota tim keuangan harus memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam mengadopsi SAK EP. Ini mencakup pemahaman terhadap tugas-tugas yang perlu mereka lakukan, batas waktu yang ditetapkan, dan kerjasama dengan departemen dan entitas lain yang relevan. Sumber daya manusia harus tahu bagaimana mengimplementasikan standar, memastikan pengungkapan yang tepat, dan melaksanakan perubahan yang diperlukan dalam sistem dan proses akuntansi.4. Penggunaan Teknologi dan Perangkat LunakTeknologi memainkan peran penting dalam memastikan kesiapan sumber daya manusia dalam mengadopsi SAK EP. Penggunaan perangkat lunak akuntansi yang sesuai adalah kunci untuk mempermudah proses pelaporan keuangan sesuai dengan standar. Tim keuangan harus memiliki pemahaman yang cukup untuk menggunakan perangkat lunak ini dengan efektif. Sumber daya manusia harus memiliki kemampuan teknis dalam mengimplementasikan standar keuangan terbaru.5. Komunikasi dan Keterlibatan StakeholderSelain persiapan teknis, sumber daya manusia juga perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Mereka harus mampu berkomunikasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemilik, kreditor, dan badan pemeringkat kredit. Kemampuan menjelaskan perubahan dalam laporan keuangan dengan jelas dan memberikan penjelasan terkait penerapan SAK EP adalah penting untuk mempertahankan kepercayaan pemangku kepentingan.6. Monitoring dan Pembaruan BerkelanjutanKesiapan sumber daya manusia bukanlah tugas sekali jalan. Entitas bisnis swasta harus memiliki mekanisme pemantauan yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa tim keuangan terus mematuhi SAK EP dan memahami perubahan yang terjadi. Ini melibatkan pengembangan rencana pembaruan dan pelatihan reguler untuk memastikan bahwa sumber daya manusia tetap up-to-date dengan perkembangan terbaru dalam dunia akuntansi keuangan.Pada akhirnya, kesiapan sumber daya manusia adalah kunci untuk sukses dalam mengadopsi SAK EP. Persiapan yang tepat, pemahaman yang mendalam, dan penggunaan teknologi yang sesuai adalah elemen-elemen penting dalam proses ini. Entitas bisnis swasta harus mengakui bahwa perubahan standar adalah bagian integral dari dunia keuangan dan bahwa sumber daya manusia yang kuat adalah aset berharga dalam menghadapinya. Dengan kesiapan yang baik, entitas bisnis swasta dapat mengadopsi SAK EP dengan sukses, menjaga kepatuhan, dan mengoptimalkan kinerja keuangan.