ARTIKEL

Artikel
Syncore Indonesia

Penyusunan Laporan Keuangan dalam 7 Langkah

Penyusunan Laporan Keuangan dalam 7 Langkah

Penyusunan Laporan Keuangan dalam 7 Langkah Apabila sampai saat ini perusahaan anda belum memiliki laporan keuangan, mungkin ada baiknya anda menghubungi kita! Laporan keuangan sangat penting untuk melihat kesehatan perusahaan anda. Banyak pelaku usaha yang cukup puas hanya mendapatkan laporan laba rugi atau aliran kas. Sangat sedikit dari UKM di Indonesia yang memiliki neraca. Apa bahayanya. Laba Rugi menunjukkan prestasi kerja anda dalam mendapatkan profit, tetapi tidak menunjukkan tingkat kesehatan perusahaan anda. Banyak sekali perusahaan yang sangat profitable tetapi akhirnya kolaps karena tidak mampu menjaga keseimbangan antara hutang dan asset. Atau banyak perusahaan yang penjualan tinggi, tetapi akhirnya kolaps karena banyak piutang macet dan persediaan usang (deadstock). Sehingga perusahaan perlu tidak hanya laba rugi tetapi perlu Neraca! Untuk membuat laporan keuangan yang terdiri dari Neraca, Laba Rugi, Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) perlu beberapa tahap, tidak bisa langsung jadi. Berikut ini adalah 7 tahap penyusunan Laporan Keuangan, yang kami dapatkan dari pengalaman kami di lapangan mendampingi UKM-UKM. Download disini.

Contoh SOP Keuangan

Contoh SOP Keuangan

Contoh SOP Keuangan Rekan-rekan entepreneur dan pelaku UKM Ketika usaha kita berkembang, kita sadar bahwa kita perlu membakukan proses bisnis kita. Proses bisnis yang baku, memudahkan kita untuk mengendalikan, mengawasi dan memastikan kualitas output. Pelaksana di lapangan pun akan bekerja lebih mudah kalau ada proses yang baku. Perusahaan menjadi tidak tergantung pada orang, tetapi pada system. Sehingga ketika ada karyawan yang sakit, cuti atau resign, proses bisnis tetap berjalan dengan lancar. Namun begitu, menyusun SOP bagi sebagian besar orang adalah proses yang sulit. Sebenarnya prinsipnya sederhana, yaitu tulis yang anda kerjakan, dan kerjakan yang anda tulis ! Namun prakteknya memang tidak semudah itu, anda seringkali butuh pendamping untuk memetakan dan menuliskan proses bisnis anda tersebut ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan dimengerti orang lain. Selama pengalaman kami mendampingi banyak perusahaan dalam menyusun SOP, kami telah mengembangkan prosedur dan format standar yang berlaku hampir di setiap perusahaan. Kami lampirkan format SOP standar kami berikut ini, untuk menjadi panduan bagi anda dalam menyusun SOP. Download disini. Konsultasi Penyusunan SOP Training Penyusunan SOP

Fungsi Audit Internal Dalam Rangka Peningkatan Akuntabilitas Good Governance

Fungsi Audit Internal Dalam Rangka Peningkatan Akuntabilitas Good Governance

Fungsi Audit Internal Dalam Rangka Peningkatan Akuntabilitas Good Governance Untuk memperkuat struktur pengendalian manajemen pemerintah maka pemberdayaan peran dan fungsi audit internal menjadi suatu hal yang mutlak untuk direalisasikan. Selanjutnya, jelas dan terarahnya peran dan fungsi audit internal dalam suatu organisasi secara tidak langsung juga akan meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Di samping kedua faktor tersebut, adanya kerja sama yang harmonis di antara jajaran audit internal dan audit eksternal juga akan lebih melapangkan jalan dalam pencapaian tujuan dari fungsi audit dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, adil, dan bersih. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah pusat dan daerah telah mencanangkan sasaran untuk meningkatkan pelayanan birokrasi kepada masyarakat dengan arah kebijakan penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance). Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk mewujudkan good governance pada sektor publik antara lain meliputi penetapan standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Selanjutnya, berkaitan dengan pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, hal ini menyangkut permasalahan tentang manajemen risiko, audit internal, pengendalian internal, penganggaran, manajemen keuangan dan pelatihan untuk staf keuangan. Secara umum, permasalahan-permasalahan tersebut telah diakomodasi dalam paket undang-undang di bidang pengelolaan keuangan negara yang baru-baru ini telah diterbitkan oleh pemerintah.

Tanya Bisnis : Bagaimana Cara Mengendalikan Karyawan

Tanya Bisnis : Bagaimana Cara Mengendalikan Karyawan

Tanya Bisnis : Bagaimana Cara Mengendalikan Karyawan [Mbak Nur] : Saya memiliki bisnis yang saya warisi dari orang tua saya dua tahun yang lalu. Rata-rata karyawan saya telah bekerja 10-20 tahun. Saat ini saya ingin membuat perubahan agar bisnis keluarga saya ini bisa dikelola secara profesional. Tetapi masalahnya adalah para karyawan agak sulit dikendalikan. Mereka selalu mendebat ide-ide saya, walaupun secara halus. Saya merasa mereka kurang percaya dengan kemampuan saya dalam mengelola bisnis, dan mereka merasa jauh lebih tahu. Instruksi saya, pun ketika mereka tidak membantah, hanya dikerjakan setengah-setengah sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Aturan-aturan yang saya tetapkan, misalnya terkait aturan kepegawaian, sering dilanggar, dan saya juga tidak bisa memberikan sanksi. Karena pihak-pihak yang melanggar adalah para pengawai senior, sehingga saya takut sankis tersebut justru memperburuk keadaan. Saya merasa binggung saat ini, saya sangat yakin bahwa perusahaan harus berubah karena tingkat persaingan dan tantangan kedepan bakal tambah berat, tetapi karyawan saya sepertinya telah merasa nyaman dengan keadaan saat ini dan menolak untuk berubah. [SYNCORE Consulting] Mbak Nur, kami sangat bangga di usia yang masih muda tetapi mbak Nur sudah memiliki tanggungjawab yang tidak kecil. Masalah yang dialami mbak Nur adalah masalah klasik yang sering dialami perusahaan-perusahaan yang tengah menjalani perubahan menuju perusahaan yang professional. Satu hal terpenting esensi pengendalian adalah mengarahkan segenap karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. Mengendalikan sangat berbeda dengan menguasai. Contoh paling gampang untuk mengendalikan adalah seperti seorang pilot mengendalikan pesawat. Ada satu saat pilot memacu pesawat ada satu saat pilot harus memperlambat, membelokkan atau menurunkan pesawat. Jadi mengendalikan bukan mengekang, tetapi memastikan bahwa setiap karyawan tahu tujuan perusahaan, member mereka ruang untuk berkontribusi, selalu mengukur pencapaian dan memberikan support apabila terjadi masalah. Menurut pengalaman kami untuk sukses melakukan transformasi untuk menjadikan organisasi dikendalikan oleh system bukan dikendalikan oleh orang, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. 1. Goal Setting Pemimpin harus memiliki visi yang jauh kedepan untuk membawa perusahaan bertahan dari persaingan dan menjadi lebih baik dari kondisi saat ini. Perubahan adalah sesuatu yang harus kita jalani, karena lingkungan terus berubah. Mempertahankan apa yang terbukti sukses di masa lalu, bukan jaminan kita akan terus bertahan di bisnis, karena inovasi terus terjadi, pemain baru berdatangan, teknologi berubah, tren social berubah dan selera konsumen pun terus berubah. Sebuah tantangan sulit untuk berubah ketika keadaan baik-baik saja. Orang akan bertanya apa alas an kita harus berubah. Untuk ini pemimpin harus merumuskan tujuan (goals) dengan sangat jelas dan terperinci. Pemimpin harus meyakinkan orang-orang kunci di perusahaan bahwa saat ini perusahaan perlu ada perubahan, dan perubahan itu dimaksudkan untuk membawa perusahaan kearah lebih baik. 2. Target Setting Setelah goals dirumuskan dan disepakati oleh orang-orang kunci, maka selanjutnya adalah menentukan milestone (tahap pencapaian) dan target. Sebelum menentukan target perlu dirumuskan dahulu indicator atau ukuran pencapaian hasil, yang seringkali kita kenal dengan KPI (Key Performance Indicators). Ukuran pencapaian hasil ini sebisa mungkin tidak banyak, untuk masing-masing bagian diberi target 2-5 KPI sudah cukup. 3. Strategi Ketika target sudah disepakati maka masing-masing bagian harus dilibatkan dalam rencana untuk mencapai target tersebut. Bagaimanapun orang-orang dilapangan lebih tahu bagaimana cara mengerjakan dan mencapai sesuatu. Tetapi bagaimana kalau mereka ternyata tidak bisa membuat rencana? Maka yang ada perlu memiliki seorang manajer. Beda antara seorang manajer dengan staff, salah satunya adalah pada fungsi perencanaan. Banyak orang yang mahir untuk mengerjakan sesuatu, tetapi sangat kesulitan dalam membuat rencana yang matang sehingga orang lain bisa menjalankan pekerjaan tersebut hanya dengan membaca rencana tersebut. Apabila masalahnya di sisi manajerial, maka perlu solusi-solusi khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itu pimpinan masih harus terlibat penuh dalam penyusunan strategi dan rencana ini untuk memastikan bahwa strategi dan rencana yang dibuat memang tepat untuk meraih target yang telah ditetapkan. 4. Operasional Apabila strategi dan rencana telah ditetapkan maka masalah berikutnya adalah di level operasional. Pemimpin harus memiliki kepercayaan penuh terhadap anak buahnya, sehingga untuk urusan operasional pemimpin harus memiliki kemampuan untuk delegasi. Ketika rencana tidak bisa dijalankan dengan baik, maka biasanya ada 4 masalah, yaitu Instruksi/SOP, SDM, System atau Budaya. Dengan kata lain apabila rencana tidak bisa dijalankan di operasional kita harus bertanya apakah instruksi atau SOP kurang jelas, apakah SDM tidak kompeten atau tidak berkomitmen, apakah system tidak tersedia atau system jadi penghambat ataukah budaya organisasi tidak mendukung. Masing-masing masalah tersebut memiliki solusi yang berbeda-beda. 5. Reward & Punishment Selanjutnya apabila rencana telah dilaksanakan maka wajib ada evaluasi secara rutin. Karyawan pada dasarnya akan senang kalau pekerjaannya diperhatikan, diberi penghargaan kalau berhasil menjalankan tugasnya dan diberi bimbingan kalau ada hal yang belum benar. Masalah terkait SDM biasanya terkait tiga “tidak”,yaitu Tidak Tahu, Tidak Mampu dan Tidak Mau. Kalau tidak tahu kita beri tahu atau kita berikan instruksi tertulis yang terperinci, kalau tidak Mampu kita latih, tetapi kalau tidak mau satu-satunya jalan adalah kita tunjukkan pintu untuk keluar. Demikian mbak Nur jawaban yang bisa kita berikan secara singkat. Kami berharap mbak Nur dengan team bisa melalui masa transisi ini dengan baik. Selalu ingat bahwa Nakhoda yang hebat tidak lahir dari laut dan tenang, dan ketika kita tidak berlayar ke laut yang luas maka kita tidak akan sampai kemana-mana. Untuk pembaca yang ingin menanyakan masalah bisnisnya bisa dikirim kerudy@syncoreconsulting.com, semakin anda terperinci dalam memberikan latar belakang masalah perusahaan anda, semakin mudah bagi kami untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kami. Sukses untuk entrepreneur Indonesia SYNCORE Consulting. Always Deliver Value !

Inisiasi Project

Inisiasi Project

Inisiasi Project Barangkali ketika dihadapkan pada penanganan project, tidak hanya berkaitan dengan project di bidang teknologi informasi bahkan project apapun memerlukan beberapa tahapan, Tahapan – tahapan di bawah ini bisa saja diadopsi ke bentuk lain. Pun juga effort yang dilakukan akan memerlukan threatment khusus mengenai project yang dihandle , nah disini saya mencoba untuk brainstorming tahapan-tahapan apa saja yang perlu dilakukan ketika handling sebuah project : Tahapan tersebut diantaranya adalah : PRA PROJECT 1. Disini yang harus disiapkan adalah penawaran disertai dengan proposal. Dalam proposal minimal terdapat tujuan, fitur, manfaat, sekilas proses pengembangan dan imlementasi dan (optional) biaya project 2. Negosiasi, referensi teknik negosiasi bisa dicari di google atau buku seni bernegosiasi di toko buku. Kalau ini barangkali disesuaikan dengan kemampuan (load) bagaimana anda bernegoisasi dengan klien. 3. Kontrak, dilampiri kerangka acuan kerja yang memuat detail pelaksanaan project (termasuk jadwal) beserta indikator kegiatan untuk evaluasi bahwa project IT yang akan dikerjakan nanti dinilai memenuhi perjanjian kontrak. PROJECT 1. Nah ketika sudah memulai project biasanya ada tim, tim tersebut biasanya dipimpin oleh team leader / project manager . Disini lah perlunya seorang eam leader , team leader ini yang akan mem-break down tugas para staffnya, berupa job-desc, schedule dan sebagainya. Schedule project kalau bisa diusahakan lebih pendek dibanding jadwal yang tertera di kontrak, untuk berjaga kalau ada keterlambatan pada saat pengembangan aplikasi, umumnya jadwal pengembangan telat 2x lipat dari jadwal yang direncanakan, sehingga untuk mengontrol ketepatan waktu, project manager harus sekurang2nya 3x dalam 1 minggu mengontrol perkembangan project – apalagi jika kontrak projectnya cukup ketat. Pemilihan System Development Life Cycle (SDLC) akan sangat membantu. Pastikan semua team memahami tujuan project dan job desc nya, supaya masing-masing mengerti, memahami dan melaksanakan untuk kelancaran project, utamanya dalam membuat prioritas saat ada kendala dalam hal pengembangan. Perlu dipahami oleh semua team, indikator berhasil dari sisi klien bukan dari sisi pengembang, jadi berpikirlah sebagai klien saat mengembangkan aplikasi kalau tidak ingin menjadi pengembangan seumur hidup untuk 1 klien. 2. observasi kebutuhan n process bussines klien (presentasikan juga hasil observasi, jgn lupa minta tanda tangan dari klien). 3 . Desain system (arsitektur database). 4. Develop aplikasi 5. Testing internal dan external (melibatkan klien atau seyogyanya pihak yang tidak terlibat saat pengembangan aplikasi). 6. Demo tahap awal kepada klien untuk menentukan apakah sesuai atau kalau ada perubahan di bagian mana, dan jgn lupa minta tanda tangan setiap persetujuan ataupun perubahan. 7. Penyesuaian aplikasi jika memang diperlukan 8. pembuatan manual (minim manual yang bisa digunakan saat pelatihan, ingat!..manual yang selesai setelah pelatihan/implementasi kurang bermanfaat bagi klien dari sisi implementasi karena tidak tersedia pada saat klien membutuhkan (khususnya training), hanya bermanfaat dari sisi pemenuhan kontrak. 9. pelatihan kepada klien (pada bagian umumnya masih terjadi penyesuaian aplikasi, karena beberapa hal klien baru teringat saat pelatihan oleh karena itu jangan kaget & marah-marah ke klien jika terjadi seperti ini). 10. Implementasi (model implementasi tergantung kesepakatan).Usahakan setiap kegiatan yang dilakukan bersama klien ada dokumen pelaksanaannya, memuat kapan dilaksanakan, siapa yang terlibat, jenis kegiatan yang dilakukan, hasilnya dan ditandatangani bersama. 11. administrasi seperti Laporan project baik untuk internal dan klien (tanda tangan dari klien bahwa project dah selesai jangan lupa) dan lain-lain yang terkait administrasi. PASCA PROJECT 1. Maintenance Teknis, tujuan untuk proses memastikan aplikasi berjalan baik dan proses berkelanjutan. 2. Seperti kunjungan rutin ke klien yang terjadwal, kunjungan setiap ada permintaan, responsif terhadap laporan bug. yang mungkin ditemukan klien saat operasional (meski project selesai hal ini seyogyanya menjadi kesadaran pengembang bahwa masih merupakan tanggung jawabnya, kecuali penyesuaian aplikasi). Setidaknya sempatkan 1 bulan sekali untuk menghubungi klien untuk memastikan aplikasi berjalan dengan baik – jika anda pengembang yang ingin dipercaya klien karena services untuk jangka panjang . 3. Maintenance non teknis, untuk menjalin hubungan baik supaya project pengembangan IT lainnya kita yang diminta mengerjakan (dasar pencari project), barangkali ini akan menjadikan anda ketagihan bikin project. Ini dilakukan bisa dengan cari referensi buku human relationship atau public relation.

Video Seminar Kaizen- Saatnya UKM Naik Kelas

Video Seminar Kaizen- Saatnya UKM Naik Kelas

<iframe width="560" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/P9z9rCi4rsg" frameborder="0" allowfullscreen></iframe> Mengapa UKM sulit naik kelas? Karena kebanyak dari mereka memulai bisnis tanpa perencanaan yang matang, dan sebagian besar memulai bisnis karena keterpaksaan atau ketidaksengajaan. Pondasi bisnis yang kurang kuat membuat pengusaha sulit untuk melakukan pengembangan dan ekspansi bisnis. Kuatkan pondasi bisnis anda dengan memperkuat sistem pengelolaan keuangan dan HRD, supaya usaha anda bisa terus tumbuh dan berkembang.

Seminar Kaizen 2012

Seminar Kaizen 2012

Prospek perekonomian Indonesia yang terus positif ditengah krisis keuangan Eropa dan Amerika Serikat, membuat arus investasi asing ke Indonesia mengalir deras. Akibatnya pemain lokal saat ini seolah terkepung oleh pemain-pemain asing yang jauh lebih berpengalaman dan bermodal besar. Tengok saja untuk industry ritel di Indonesia, 28 jaringan peritel modern menguasai hampir 30% pangsa pasar, dibandingkan dengan 17.1 juta pedagang mengusai 70%. Jumlah ini tentu sangat timpang, karena rata-rata peritel modern per tahun mendapatkan omzet 2.7 triliun sedangkan pedagang tradisional hanya mendapatkan 9.1 juta per tahun atau Rp764 ribu per bulan. Semakin lama tren tersebut semakin mengkhawatirkan, sehingga pedagang tradisional maupun pemain lokal, yang kebanyak berupa UKM, dituntut harus berinovasi agar tetap bisa bertahan. Salah satu aspek yang sangat lemah dari pemain lokal dan UKM adalah manajemen, terutama manajemen keuangan. Sangat jarang UKM memiliki laporan keuangan yang akurat dan lengkap. Hal ini berimbas pada pola pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan (feeling), lemahnya akses ke dunia perbankan dan jalannya bisnis lebih berdasarkan pada orang bukan system. Masalah tersebut cukup kompleks untuk diatasi, karena akar masalah tidak adanya laporan keuangan di UKM paling tidak ada tiga, yaitu tidak adanya pengetahuan atau pedoman penyusunan laporan keuangan (SOP), tidak adanya sistem yang mendukung dan tidak adanya SDM yang kompeten. Hal ini jarang dipahami oleh para pemerhati UKM, sehingga banyak pola pendampingan untuk UKM gagal, karena hanya mengatasi satu atau dua akar masalah saja. Oleh karenanya, Business & Accounting Innovation Center FE UMY bekerjasama dengan Kaizen Institute Jepang menyelenggarakan Seminar Kaizen : Membangun Wirausaha, Teknologi Informasi dan Edukasi Perbankan untuk UKM pada hari Senin, 30 April 2012 di Gedung AR Fachrudin B UMY. Kaizen Institute adalah lembaga yang bertujuan menularkan semangat dan teknik Kaizen (perbaikan terus menerus) yang terbukti telah berhasil membawa industri rumahan (home industry) Jepang menjadi perusahaan kelas dunia. Syncore Consulting yang turut berperan serta dalam acara tersebut akan membagi metodologi dan tips kunci sukses implementasi IT di UKM. Syncore Consulting juga akan membagikan software akuntansi SYNCORE Genio yang dirancang khusus untuk UKM. Pada acara tersebut juga akan ada penandatanganan MOU antara UMY dengan bank-bank lokal, antara lain BPD DIY, BMT Tamzis, BMT BIF, BPRS BDW, BPRS BDS dan bank lainnya untuk kerjasama pendampingan UKM oleh mahasiswa. Harapan dari Seminar tersebut adalah adanya strategi dan rumusan untuk penyelenggaraan pelatihan wirausaha dan edukasi perbankan untuk UKM dan program pendampingan UKM yang melibatkan kerjasama Bank dengan dunia pendidikan. Hal ini untuk mendukung strategi menciptakan 1 juta wirausaha baru setiap tahun.

Pelatihan Bimbingan Teknis Audit Internal Rumah Sakit

Pelatihan Bimbingan Teknis Audit Internal Rumah Sakit

BIMBINGAN TEKNIS (BINTEK) AUDIT INTERNAL UNTUK RUMAH SAKIT (2 Hari Full ) 1. Latar belakang Perubahan lingkungan eksternal dan kebutuhan internal menuntut profesi Audit Internal di Rumah Sakit untuk menjadi profesional. Sesuai amanat UU Rumah Sakit No 44 Tahun 2009, Pasal 39 penyelenggaraan rumah sakit harus dilakukan audit, dapat berupa audit kinerja dan audit medis. Lebih lanjut bagi RS yang menerapkan PPK-BLUD berdasarkan Permendagri No. 61 Tahun 2007, Bab XIV Pasal 123 menegaskan bahwa pengawasan operasional BLUD dilakukan oleh pengawas internal atau auditor internal yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLUD. Kemudian dalam Pasal 125 dinyatakan bahwa internal auditor bersama-sama jajaran manajemen BLUD menciptakan dan meningkatkan pengendalian internal BLUD. Selain tuntutan peraturan, terjadi pergeseran signifikan atas peran dan strategi audit internal di Rumah Sakit. Audit internal saat ini sering diposisikan sebagai mitra strategis manajemen untuk mencari solusi-solusi dalam meningkatkan efektivitas, efisiensi dan optimalisasi organisasi. Cakupan kerja audit internal yang luas, yaitu meliputi aspek finansial, operasional dan compliance, membuat auditor internal punya peran strategis untuk memberikan nilai tambah (value added) bagi organisasi dalam hal perbaikan proses dan pengelolaan resiko. Sehingga diperlukan perubahan pola pikir, peningkatan skills dan penguatan integritas auditor internal untuk bisa memainkan peran mitra strategis secara baik. Untuk itu kami merancang sebuah pelatihan dan bimbingan teknis untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh terhadap profesi, organisasi, tugas dan prosedur yang harus dijalankan oleh seorang Auditor Internal profesional di Rumah Sakit. 2. Tujuan Tujuan Bimbingan Teknis untuk Auditor Internal Rumah Sakit ini yaitu 1. Memberikan pemahaman tentang tugas, wewenang dan fungsi auditor internal di rumah sakit 2. Memberikan kerangka berpikir strategis / holistik 3. Memberikan kerangka / metodologi dalam menjalankan peran sebagai auditor internal 4. Memberikan pemahaman terhadap proses audit internal 5. Meningkatkan kemampuan dalam menjalankan prosedur-prosedur audit standar 6. Meningkatkan kemampuan dalam komunikasi audit dan pelaporan hasil 7. Meningkatkan kemampuan problem solving 8. Meningkatkan kemampuan pengelolaan project audit. 9. Memberikan contoh-contoh praktek terbaik / best practice internal audit 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup Bimbingan Teknis meliputi 4 tema utama yaitu 1. Profesi dan Organisasi Auditor Internal di Rumah Sakit 2. Perencanaan dan Persiapan Audit Internal 3. Prosedur dan Pekerjaan Laporan 4. Pelaporan, Komunikasi Audit dan Monitoring. 4. Gambaran Umum Materi BAGIAN I – Profesi & Organisasi Auditor Internal di Rumah Sakit 4.1 Profesi Auditor Internal di Rumah Sakit 4.2 Auditor Internal sebagai Pilar Good Corporate Governance 4.3 Standar Profesional Auditor Internal & Pedoman Audit BAGIAN II – PERENCANAAN & PERSIAPAN AUDIT INTERNAL 4.4 Penerimaan & Persiapan Penugasan 4.5 Metodologi Risk Based Audit (RBA) dalam Perencanaan Audit 4.6 Analisa Resiko Pengendalian & Uji SPI 4.7 Penentuan Strategi & Program Audit BAGIAN III – PROSEDUR AUDIT & PEKERJAAN LAPANGAN 4.8 Audit Keuangan 4.9 Audit Operasional 4.10 Audit Kepatuhan (Compliance) BAGIAN IV – PELAPORAN, KOMUNIKASI HASIL AUDIT DAN MONITORING 4.11 Pelaporan & Komunikasi Audit 4.12 Monitoring & Follow Up 5. Metode Penyampaian pokok bahasan akan menggunakan pendekatan LACC (Learning Architecture based on Constructive Collaboration), yaitu meliputi 1. Demo / Ilustrasi / Contoh Kasus 2. Pemaparan Konsep / Teori 3. Tugas Terstruktur 4. Project 6. Pemateri Rudy Suryanto, SE.,M.Acc.,Ak · Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta · Managing Director Syncore Consulting · Konsultan Pusat Manajemen dan Pelayanan Kesehatan (FK UMY) Pendidikan · S1- Akuntansi FE UGM · S2 - Master of Accounting University of Melbourne Pengalaman Kerja · Senior Auditor Pricewaterhouse Coopers (2004-2005) · Senior Auditor Ernst & Young (2002 – 2004) · Penyusunan SOP PT Trans Marga Jateng (2012 ) · Penyusunan SOP HRD dan Pengembangan System PT Petrogas Jatim Utama (2012) · Audit Internal PT Satria Graha Utama (2012) · Audit Yayasan Kotakita (2012) · Audit Internal PT DINAMIKA PERKASA JAYA (2009 – sekarang) · Konsultan Keuangan dan System PT ASLI MOTOR KLATEN (2009 - sekarang ) · Konsultan Keuangan PT KHARISMA MEDAN JAYA GEMILANG (2010 ) · Konsultan Manajemen PT NETINDO SOLUTION GROUP (2009 – sekarang) · Konsultan Keuangan Rumah Sakit Gigi Mulut AMC Yogyakarta (2008) · Konsultan keuangan dan System PT GMEDIA Yogyakarta (2011- sekarang) · Konsultan Keuangan PT Pusaka Tours (2011 – sekarang) · Konsultan Keuangan Lembaga Survei Indonesia (LSI) (2006) Pengalaman Memberikan Training & Seminar · Cash Management – Hotel Jogja Plaza – 2012 · Account Payable dan Account Receivable – Essentials – Hotel Jogja Plaza – 2012 · SAK ETAP vs International Financial Reporting Standards – Bali – 2011 · Risk Based Internal Audit – Hotel Santika – 2011 · Business Plan for Hospital – Hotel Borobudur Jakarta – 2011 · Audit Internal – Wisma MM UGM - 2010 · Seminar Audit Internal – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta – 2010 · Using REA in Designing Accounting System – Unsoed – Purwokerto 2010 · Management Audit in Small Medium Enterprises – Universitas Multimedia Serpong - 2010

Pelatihan Akuntansi Keuangan Sekolah

Pelatihan Akuntansi Keuangan Sekolah

Meskipun sekolah bukan organisasi bisnis namun sekolah perlu memiliki laporan keuangan. Manfaat umum laporan keuangan bagi sekolah adalah : Memastikan keberlangsungan sekolah di masa depan Mengukur kinerja pengelola sekolah Laporan keuangan yang saat ini umum disusun oleh sekolah, yaitu laporan realisasi anggaran tidaklah cukup. Laporan realisasi anggaran tidak mencerminkan semua kekayaan dan kewajiban yang dimiliki oleh sekolah. Contohnya adalah realisasi anggaran tidak memberikan informasi yang cukup tentang jumlah dan nilai inventaris, nilai tunggakan SPP siswa ataupun kewajiban-kewajiban jangka pendek ke pihak ketiga. Laporan realisasi anggaran juga tidak memberikan gambaran yang memadai untuk hibah atau sumbangan multi tahun. Apabila ada sisa hibah yang sebenarnya adalah alokasi untuk tahun mendatang bagaimana kita menempatkan di dalam laporan realisasi anggaran? Belum lagi kesulitan pengelola keungan untuk membuat laporan realisasi anggaran sekaligus laporan LPJ dari proyek. Apakah LPJ Proyek perlu di masukkan dalam laporan realisasi anggaran umum atau dilaporkan terpisah? Masalah-masalah tersebut coba dipecahkan dengan menyusun laporan keuangan yang komprehensif. Beberapa sekolah telah mencoba menyusun laporan keuangan, namun sayangnya mereka menyusun laporan keuangan tersebut dengan mengacu pada organisasi bisnis, sehingga berisi Neraca, Laba Rugi dan Arus Kas. Ada perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dan nirlaba. Organisasi Nirlaba memiliki kharakteristik yang berbeda dengan organisasi bisnis yaitu: Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba. Sehingga sekolah sebagai organisasi nirlaba memerlukan Standar AKuntansi khusus. Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi No 45 sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan, termasuk berlaku juga untuk sekolah. Paparan lebih lanjut bisa di download di link berikut: Download Materi